Meskipun tanpa , ada perhatian dan bantuan dari Pemkab Swl-Sijunjung, Wahana Nusantara Adventurur, secara rutinitas tetap sibuk dalam penelitian kekayaan sumber daya alam, terutama spesies angrek alam Swl-Sijunjung, yang hanya bermodalkan kemauan keras, ketukan hati nurani sebagai penyelamat lingkungan, patut di acungi jempol kiprahnya, setiap Minggu tetap eksis menjalankan aktifitasnya didalam misi penelitian.
Demikian komentar Ketua LSM Lembaga Pengawas Pemberdayaan Kependudukan Indipendent ( LP3I ) Swl-Sijunjung Zulkarnaen dan Ketua LSM FORKEB Swl-Sijunjung Fajar Septrian SE. Salah Satu Kelompok Pecinta Alam (KPA) Wahana Nusantara Adventurir (WANUSA) di Kab Swl-Sijunjung sampai sekarang tetap menjalankan aktifitasnya didalam penelitian sumber daya alam, terutama spesies anggrek alam, yang tampaknya masih dilakukan survei penelitian dalam setiap minggu. Penelitian yang ....dilaksanakan Minggu ( 27/5) di atas bukit Nalau Loguang Jorong Tanggalo Nagari Air Hangat 20 Km dari kota Muaro Sijunjung ibu kota Kab Swl-Sijunjung. Kawasan hutan di Nagari Air Hangat 2571.4 ha, kebanyakan hutan di daerah pegunungan.
Areal wisata dan olahraga 534,31 ha. Di nagari Air Hangat telah diketemukan berbagai jenis spesies anggrek Dendrobium, Palainopsis Mani’I Corna Cervi, Palainopses lainnya, blomodium , Glymbidium dan berbagai jenis tumbuhan lumut yang tumbuh di tebing berbatuan sangat terjal dan perlu pengalaman, keberanian, perhitungan yang tepat, ketahanan visik untuk melakukan penelitian. Di atas bukit Ngalau Loguang yang termasuk dalam kawasan hutan Konsesvasi SA Pangaian I, banyak tumbuh spesies anggrek yang belum diketahui jenis spesiesnya bahkan telah diketemukan tanaman untuk obat jenis herbal sarang semut Hydnophytum formicarum dan Myrmecotia tuberose sebagai obat alternatif yang konon bisa mengobati berbagai jenis penyakit kronis yang sudah menahun dimuat di majalah TRUBUS EDISI No. 440 Juli-2006 ).
Penelitian yang langsung diketuai oleh Ketua WANUSA Priyo Laksono, Sekretaris Paldi Mahendra SH serta salah satu anggota Andwi Prima Valentine, Dicky Tri Agusman, dan Eky Marizal Putra, naik ke puncak bukit Ngalau Loguang. Sekitar pukul 13.20 Wib, medan yang sangat sulit dan beresiko tinggi tak bikin ciut nyali para peneliti. Andaikata para peneliti salahsatunya ada yang ceroboh dan jatuh, akibatnya fatal sekali, nyawa adalah taruhannya. Maka memang harus extra hati-hati. Dengan susah payah dan kesulitan yang tinggi bisa diatasi serta dengan perjuangan yang gigih akhirnya sampai di puncak bukit Ngalau Loguang dengan ketingggian kurang lebih 800 dpl. Selain semak belukarnya berduri, tumbuhan rotan yang berserakan didepan mata terpaksa harus merintis jalan setapak, syukur allhamdulillah sampai di puncak bukit melakukan penelitian lancar. Udara dipuncak bukit kelembabannya memang sangat tinggi diiringi angin gunung sepoi-sepoi menerpa tanda ucapan selamat datang, menambah dinginnya suasana. Apalagi dengan turunnya hujan gerimis, batu-batu terjal yang harus dilalui sangat licin sekali, seperti memberikan isyarat secara naluriah agar hati-hati. Dari keberadaan puncak ketingggian bukit Ngalau Loguang sempat di dokumentasikan sebagai kalender kegiatan, yang rencana dari hasil penelitian spesies anggrek alam ini akan dilahirkan dalam suatu buku catalogue, bersamaan penyusunan buku etnografi situs cagar budaya yang ada di Kab Swl-Sijunjung. Sekitar pukul 16.30 WIB baru mulai turun dari puncak bukit menyelesaikan penelitian.
Perlahan-lahan tapi pasti menuruni puncak bukit demi mengutamakan keselamatan , allhamdulillah sekitar pukul 17.30 WIb baru sampai ke dasar bukit, semua anggota berobah penampilan persis seperti suku Talang Mamak turun dari gunung, lusuh dan sangat kumal sekali, namun telah mereguk kepuasan bisa menaklukkan sulitnya medan ke puncak bukit Ngalau Loguang, kemudian berdoa sejenak mengucapkan syukur kepada Allah SWT, bahwa hari ini melakukan misi penelitian tidak ada kendala. Usai berdo’a bersama lalu membasuh muka di pemandian yang airnya begitu dingin yang berasal dari mata air pegunungan. Pemandian ini keberadaannya masih di komplek obyek wisata Ngalau Loguang dengan panjang 7 km. Ini salah satu asset Nagari Air Hangat yang juga kaya obyek wisata adventure.
Untuk Minggu terakhir bulan Mei 2007 kalau tidak ada kendala, direncanakan akan melakukan penelitian flora di kawasan Rimbo Larangan Nagari Paru Kec Sijunjung 36 Km dari kota Muaro Sijunjung. Demikian keterangan Sekretaris WANUSA Paldi Mahendra SH mewakili Ketua WANUSA Priyo Laksono beserta anggota Senin (28/5) di Muaro Sijunjung. Masih dalam keterangan Paldi Mahendra, keberadaan WANUSA asal mulanya didirikan oleh perintis Lingkungan Hidup Priyo Laksono sekitar tahun 2003, sebagai perintis lingkungan ditekuni sejak 1982 di Swl-Sijunjung. Meskipun WANUSA baru 5 tahun berjalan kiprahnya telah mulai tampak, berbagai jenis spesies anggrek berhasil di budi dayakan, baik di daerah Datar Kapuak maupun di belakang rumah Mak Podo dekat Pintu Gerbang menuju Hotel Bukit Gadang Muaro Sijunjung sebagai cabang dari Patricia Nursery yang berlokasi di Datar Kapok Muaro Sijunjung. Saya tetap optimis kedepan nanti anggrek alam dari Swl-Sijunjung bisa sebagai cendera mata baik para pejabat datang dari pusat maupun turis domestic & manca Negara yang mengunjungi pesona alam ranah Lansek Manih, karena anggrek alam dari Sijunjung sudah - beberapa kali mengikuti pameran anggrek tingkat nasional, bahkan pada bulan April lalu Ibu Wiwik Marlis Rahman Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia ( PAI ) Sumbar mengikuti pameran anggrek di Jakarta yang di ketuai ibu Wapres Yusuf Kalla termasuk anggrek alam dari Sijunjung, satu satunya primadona Swl-Sijunjung menurut keterangan Ketua WANUSA Priyo Laksono adalah spesies anggrek Vanda Sumantranda, selain bunganya mempunyai keunikan tersendiri, kuntum bunganya bila mekar bisa tahan lama dengan warna cokelat kekuning-kuningan, baunya harum, wanginya sangat aduhaiii menebar pesona, inilah salah satu kekayaan yang diciptakan oleh Allah kepada umatnya agar dirawat dan dilestarikan.
Sebagai kepeduliannya didalam kelestarian hidup ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat ini dengan kesadaran hati tanpa ujung-ujungnya ada udang di balik batu, sudah kewajiban kita melestarikan lingkungan bukan merusak lingkungan. Adapun keberhasilan itu nanti, kita bisa memakai pepatah dari Jawa yaitu “Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe “, artinya didalam menekuni pekerjaan dan perbuatan itu betul-betul sungguh-sungguh, jangan ada maksud secara individuality hanya untuk prestise dan komersialisasi saja, papar Paldi Mahendra.
1 comment:
egtvyocn...
egtvyocn...
Post a Comment