Tuesday, September 9, 2008
Tips Pendakian Gunung
Mendaki gunung adalah suatu olah raga keras, penuh petualangan dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar, berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.
Di Indonesia, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejak tahun 1964 ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai puncak Soekarno di pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya (sekarang Papua). Mereka adalah Soedarto dan Soegirin dari Indonesia, serta Fred Atabe dari Jepang. Pada tahun yang sama, perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung mulai lahir, dimulai dengan berdirinya perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung WANADRI di Bandung dan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) di Jakarta, diikuti kemudian oleh perkumpulan-perkumpulan lainnya di berbagai kota di Indonesia.
JENIS PERJALANAN / PENDAKIAN
Mountaineering dalam arti luas adalah suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit dengan memakan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan.
Menurut kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering terbagi menjadi tiga bagian :
1. Hill Walking / Fell Walking
Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai dan yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan khusus yang bersifat teknis.
2. Scrambling
Pendakian pada tebing-tebing batu yang tidak begitu terjal atau relatif landai, kadang-kadang menggunakan tangan untuk keseimbangan. Bagi pemula biasanya dipasang tali untuk pengaman jalur di lintasan.
3. Climbing
Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik khusus. Peralatan teknis diperlukan sebagai pengaman. Climbing umumnya tidak memakan waktu lebih dari satu hari.
Bentuk kegiatan climbing ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Rock Climbing
Pendakian pada tebing-tebing batu yang membutuhkan teknik pemanjatan dengan menggunakan peralatan khusus.
b. Snow & Ice climbing
Pendakian pada es dan salju.
4. Mountaineering
Merupakan gabungan dari semua bentuk pendakian di atas. Waktunya bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping harus menguasai teknik pendakian dan pengetahuan tentang peralatan pendakian, juga harus menguasai manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian, dll.
KLASIFIKASI PENDAKIAN
Tingkat kesulitan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, tergantung dari pengembangan teknik-teknik terbaru. Mereka yang sering berlatih akan memiliki tingkat kesulitan / grade yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang baru berlatih.
Klasifikasi pendakian berdasarkan tingkat kesulitan medan yang dihadapi (berdasarkan Sierra Club) :
Kelas 1 : berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki khusus (walking).
Kelas 2 : medan agak sulit, sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan penggunaan tangan sebagai pembantu keseimbangan sangat dibutuhkan (scrambling).
Kelas 3 : medan semakin sulit, sehingga dibutuhkan teknik pendakian tertentu, tetapi tali pengaman belum diperlukan (climbing).
Kelas 4 : kesulitan bertambah, dibutuhkan tali pengaman dan piton untuk anchor/penambat (exposed climbing).
Kelas 5 : rute yang dilalui sulit, namun peralatan (tali, sling, piton dll), masih berfungsi sebagai alat pengaman (difficult free climbing).
Kelas 6 : tebing tidak lagi memberikan pegangan, celah rongga atau gaya geser yang diperlukan untuk memanjat. Pendakian sepenuhnya bergantung pada peralatan (aid climbing).
SISTEM PENDAKIAN
1. Himalayan System, adalah sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian panjang, memakan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang pada pendakian ke puncak-puncak di pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam sistem ini terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (misalnya : base camp, flying camp, dll). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, sedangkan anggota tim lainnya hanya sampai di tengah perjalanan, pendakian ini bisa dikatakan berhasil.
2. Alpine System, adalah sistem pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen. Tujuannya agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat, karena pendaki tidak perlu kembali ke base camp, perjalanan dilakukan secara bersama-sama dengan cara terus naik dan membuka flying camp sampai ke puncak.
PERSIAPAN BAGI SEORANG PENDAKI GUNUNG
Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan antara lain:
1. Sifat mental.
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
2. Pengetahuan dan keterampilan
Meliputi pengetahuan tentang medan, cuaca, teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya.
3. Kondisi fisik yang memadai
Mendaki gunung termasuk olah raga yang berat, sehingga memerlukan kondisi fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.
4. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita lakukan.
Fenomena Pendakian Gunung 8.000 Meter Tanpa Tabung Oksigen
Memuncaki Everest tanpa doping oksigen adalah prestasi lain. Hanya ada segelintir orang yang sanggup melakoni petualangan berisiko tinggi itu. Tipisnya kadar oksigen menyebabkan para pendaki terpaksa mengandalkan bantuan tabung oksigen untuk menggapai puncak. Mereka khawatir dengan gangguan kesehatan yang muncul bila nekat tak memakai tambahan oksigen.
Salah satu kunci kesuksesan Sir Edmund Hillary meraih titik tertinggi dunia: 8.848 meter (29,035 feet) bersama Tenzing Norgay adalah bantuan tabung oksigen. Sejak awal, tim ekspedisi ini tak mengharamkan pemakaian bantuan doping itu. Sebab pada ekspedisi yang digelar pada 13 April – 3 Juni 1953 memang bertujuan untuk mengantar orang pertama yang memuncaki Everest. Sebelumnya, beragam ekspedisi sudah digelar namun selalu berujung dengan kegagalan.
Pendakian gunung tinggi dunia – terutama di atas 8.000 meter – tanpa bantuan tabung oksigen sempat menjadi kontroversi. Usaha pertama mencapai puncak Everest tanpa doping tabung oksigen sudah dimulai George Mallory. Pendaki Inggris ini menolak memakai tabung oksigen saat melakoni ekpedisi kedua tim Inggris pada April – Juni 1922. Ekspedisi ini gagal mengantarkan para pendaki meraih puncak. Tanpa oksigen, Mallory sanggup mencapai ketinggian 27.000 feet sedang rekannya yang memakai tabung oksigen hanya meraih 300 feet di atas Mallory.
Mallory merasa aneh saat mendaki Everest dengan bantuan tabung oksigen – meski dengan doping itu ia mendapat sejumlah keuntungan. Kadar oksigen yang tipis dapat mengganggu kinerja otak sampai menimbulkan halusinasi. Sayang, Mallory tak berumur panjang. Pada ekspedisi tim Inggris ke Everest yang ketiga kalinya, Mallory ditemukan tewas bersama Andrew Irvine. Jenazah kedua pendaki itu ditemukan di dekat puncak pada 8 Juni 1924.
Pendakian Kilat
Era tujuh puluhan, wacana pendakian gunung tinggi tanpa oksigen kembali mengemuka. Beberapa pendaki menyatakan pendakian dapat dibilang sukses bila titik tertinggi itu diraih tanpa bantuan oksigen. Gaya pendakian tanpa oksigen dilontarkan dua pendaki anyar – pada saat itu: Reinhold Messner dan Peter Habeler.
Mereka begitu bersemangat membuktikan, jiwa olahraga dunia pendakian akan lebih terasa bila dijalani tanpa harus mengandalkan tabung oksigen yang digendong di punggung.
Tahun 1974, Messner dan Habeler memanjat dinding utara (North Face) Eiger, Prancis hanya dalam waktu 10 jam. Keduanya berpendapat, kecepatan pendakian berbanding lurus dengan keselamatan diri. Pendakian kilat itu dapat mengurangi ancaman longsor salju (avalanche) dan kemungkinan ditimpa cuaca buruk. Walhasil, perlengkapan pendakian dihitung dengan amat cermat, sebagai usaha mengurangi beban.
Sukses pemanjatan Eiger makin menambah semangat mereka. Messner dan Habeler terus memacu program latihan yang bertujuan akhir: mengantarkan dua manusia tanpa oksigen dalam pendakian gunung 8.000 meter pada 1975. Latihan yang begitu berat ternyata tak sia-sia.
Pasangan pendaki legendaris itu memilih Gasherbum I/Hidden Peak (8.068 meter/ 26.470 feet) di Pakistan. Dalam rangkaian 14 gunung tinggi dunia, gunung ini berada di urutan ke sebelas – berdasarkan tinggi puncaknya. Pemuncak pertama adalah Andrew Kaufman dan P. Schoening pada 1958.
Dengan hanya membawa 12 porter untuk mencapai kemah induk (base camp), Messner dan Habeler sukses menggapai puncak tanpa bantuan oksigen. Hebatnya lagi, mereka pun sukses membuka jalur baru: rute barat laut (northwest route). Dan ingat, rute baru ini bukan cuma untuk jalan naik tetapi juga sekaligus jalur turun.
Sejarah Baru
Usai pendakian itu, duet handal itu seperti tak sabar menyiapkan petualangan berikutnya. Tekad pun sudah terkepal di tangan: puncak Everest harus dapat ditembus tanpa bantuan oksigen.
Sejarah itu terjadi pada Mei 1978. Messner dan Habeler mendaki puncak lewat South Col. Mereka mendaki tanpa membawa tenda dan tentu saja, tanpa tabung oksigen. Tantangan alam yang amat berat, mampu dilewati. Selain latihan yang serius, keduanya punya ikatan yang kuat sebagai tim pendaki. Tanpa berbicara, mereka terus mendaki menuju puncak. Kadang-kadang, mereka saling berpandangan, melihat badan dan pikiran masing-masing.
Sebelumnya, Habeler sempat khawatir dengan serangan oksigen tipis di ketinggian yang dapat berakibat kerusakan otak dan kehilangan memori. Namun, dia dan Messner akhirnya mampu mencapai puncak. Habeler mengaku sangat letih secara fisik, namun hasrat memuncak yang begitu tinggi mampu mengalahkan segala. Karena takut terkena kerusakan otak, Habeler turun ke South Col hanya dalam waktu satu jam saja. Ia meluncur dengan kapak esnya.
Kisah petualangan pria kelahiran desa Villnos, Italia Selatan 17 September 1944 tak berhenti sampai di situ. Pada tahun yang sama, Messner meraih puncak Nanga Parbat (8.125 meter/26.660 feet) tanpa bekal tabung oksigen. Bagi para pelaku pendakian gunung, prestasi itu seolah tenggelam. Mereka justru penasaran dengan pendakian solo Messner dalam usaha mencapai puncak gunung yang ada di wilayah Pakistan itu. Ia mencapai puncak nomor sembilan hanya dalam waktu 12 hari.
Merasa dicuekin, dua tahun kemudian Messner kembali menciptakan sensasi. Pada 18-21 Agustus 1980, Messner sukses membuat rekor di Everest: mendaki solo dan tanpa tabung oksigen. Ia mulai mendaki sendiri dari advanced base camp di sisi utara.
Pada hari ketiga – dengan diliputi keletihan, Messner mampu berdiri di titik 8.848 meter itu. Meraih puncak seorang diri, Messner pun terduduk dan menangis. Hanya itu yang dapat dilakukannya. Saat tiba di kemah, Messner berucap terbata-bata, ”Saya tak dapat mengulanginya lagi. Saya telah mencapai batas kemampuan saya. Dan saya merasa bahagia.”
Rekor Messner tak berhenti sampai di situ. Pada 17 Oktober 1986, bersama Hans Kamerlander, Messner menerima suguhan secangkir kopi panas di kemah induk Lhotse (8.516 meter). Inilah sambutan yang diberikan kawan-kawan pendaki seusai menjejak puncak nomor empat dunia itu. Sekaligus menobatkan Messner sebagai orang pertama di muka bumi yang sanggup berdiri di 14 puncak dunia.
Usaha mencapai 14 puncak itu dilakoni Messner selama 16 tahun (1970 – 1986). Ketika menyelesaikan Lhotse usianya sudah mencapai 42 tahun. Dan ia terus memproduksi rekor-rekor baru dalam petualangan. Pada perayaan 50 tahun Everest diraih Hillary dan Norgay, Messner sempat hadir bersama sang istri. Reinhold Messner memang fenomena dalam kisah petualangan dunia.
Tuesday, September 2, 2008
Inventarisasi Flora dan Fauna di Sijunjung
Kab Sijunjung, mempunyai iklim basah dengan suhu 21 derajat Celcius 33 derajat Celsius, secara topografi wilayah Kab Sijunjung dimana daratannya terdiri: Daratan Alluvial, Perbukitan Bergelombang dan Perbukitan Terjal dengan ketinggian diatas permukaan laut bervariasi 100 – 1500 m dan tingkat kemiringannya 8 – 26 derajat. Dengan luas 313.040 Km luas hutannya dari pada permukiman penduduk kaya dengan Sumber Daya Alam / Flora sampai Fauna.
Untuk mengetahui sejauh mana kekayaan flora/fauna, maka pada bulan November 2007 Dinas Kehutanan Swl-Sijunjung melakukan Iventarisasi Flor a/Fauna di kawasan hutan lindung Kanagarian Silokek Durian Gadang ( Siduga ) selama 5 hari/ Khusus Tim Flora Fauna melakukan penelitian di Bukit Lahan dan perbukitan di sekitrar Nagari Durian Gadang dan dari hasil penelitian tersebut berhasil didata keklayaan floranya sbg : Tanaman hutan : Kalubang Hijau ( nama local ), Nama Botani - , Genus – Family -. Batang Kundur dan batang arau. Tanaman merambat Zebrina pandula quadric Color dengan ciri khas daunnya punya garis hijau keunguan, merah muda dan putih. Tepi daunnya dan bagian bawah keunguan, memerlukan pencahayaan 400 footcandles,. Temperature pada siang hari 22,5º-27,5 º, tumbuh didaerah lembab yang sedang.
Spesies anggek hutan Phalainopsis mani’i dan Corna cervi termasuk jenis anggrek bulan tanduk rusa atau Phalainopsis Sumatranda tumbuh epifit, seperti anggrek Vanda Sumatranda. Jenis Aglonema hutan dari keluarga Araceae diketemukan 3 jenis. Caladium by color, juga tumbuh di lereng bukit lahan, tanaman yang masih keluarga Araceae ini banyak diketemukan berbagai jenis. Dari keluarga Polypodiaceae juga diketemukan berbagai jenis, diantaranya Asplenium nidus, asplenium viviparum, termasuk Neprolepis exatata, Neprolepis flufy ruffes.
Jenis Amorpho palus (Bunga bangkai) juga banyak diketemukan, diantaranya Amorphopalus titanium, Amorphopalus konjek. Juga jenis Begonia sp jenis tanaman indoorse yang tumbuh di lereng-lereng bukit dengan ketinggian 400-700 mdpl banyak ditemukan seperti halnya Philodendrom tanaman yang menjalar menempel di batang kayu ( epifit) ini lebih dari 30 jenis diketemukan, termasuk jenis Matanta dari keluarga Marantaceae.
Pisang hutan juga banyak diketemukan di sekitar perbukitan daerah Silokek Durian Gadang, andaikata berbuah warna pisangnya bukanlah hijau namun berwarna ungu. Cemara angina satu-satunya keluarga compresus funebris ini diketemukan di lereng bukit lahan. Cemara angina ini, selain daunnya lembut kecil-kecil seperti rambut ikal batang kayunya keras sekali. Untuk dibududayakan dengan bijinya, namun sangatlah sulit timbuh didaerah yang kelembabannya rendah. Tanaman ini termasuk langka perlu dilestarikan dalam program budidaya tanaman langka. Pohon bunga asoka hutan juga diketemukan didaerah lereng bukit dan puncak bukit dengan kelebaban yang sedang, bunganya berwarna orange. Tanaman bunga Kanthil hutan juga diketemukan, bunganya berwarna kuning tumbuh di batangnya yang bisa besar kayunyapun keras, diketemukan diatas air terjun timbalun barangin daerah Silokek.
Berbicara kekayaan Fauna, diketemukan dan dijumpai satwa beruang, rusa,siamang,kera,burung rangkong/enggang, berbagai jetis, kancil/ napu bahasa kampungnya, berbagai jenis kupu-kupu. Termasuk jejak kaki harimau, didaerah bukit Lahan dengan diameter 25 cm. Selain binatang melata seperti ular juga diketemukan kura-kura bunung orang setempat menamakan ( batiang ), hidup di perbukitan dengan kelembaban yang tinggi.
Berikut Daftar Inventarisasi Flora/tumbuhan Survei Eko Wisata November 2007:
1. Kelubang Hijau 2. Kundur 3. Pohon Aara 4. Zebrina 5. Peperomia ( sirih hutan ) 6. Philodendrom 7. Begonia Sp 8. Asplenium Nidus ( jenis paku-pakuan ) 9. Anggrek Phalainopsis mani'i 10. Phalainopsis corna cervi 11. Vandha sumatranda 12. Caladium by color 13. Aglonema 14. Kanthil hutan, Asoka hutan 15. Pisang hutan 16. Kayu banio 17. Kayu Kedondong sisik 18. Kayu Timbalun 19. Jelatang apiu 20. .Rengas hutan 21. Bintungan 22. Alue pandanus hutan 23. Marsawa 24. Laban 25. Rasak 26. Cendawan hutan.
Demikian hasil inventarisasi Flora/Tumbuhan dalam survai Eko Wisata di daerah Silokek dan Durian Gadang bulan November 2007.
Menggali Jejak Romusha di Silokek Kab Sijunjung
Latar Belakang penulisan “Menggali jejak Romusha Muaro-Sijunjung-Logas Prov Riau” adalah penjabaran sejarah Bangsa Indonesia pada tahun 1941 pertengahan tahun 1942, dimana penjajah bangsa Belanda yang sudah berabad abad menguasai bumi pertiwi ini dan akhirnya takluk dengan bangsa Jepang yang menguasai Republik Indonesia selama 3,5 tahun dan akhirnya pada tahun 1945 Jepangpun kalah dengan pasukan sekutu, kota Nagasaki dan Hirosima menjadi ajang keganasan bom atom oleh pihak sekutu. Selanjutnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali kepangkuan ibu pertiwi dan pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno dan Bung Hatta memploklamirkan kemerdekaan Indonesia.Selama dalam kependudukan Jepang 3,5 tahun kekejaman dan kebiadapan tentara Jepang memang luar biasa, dengan dilakukannya sistim kerja paksa yang lebih dikenal ROMUSHA, bermula direkrut dari pemuda yang masih remaja umur 14-18 tahun. Korban-korban yang dibujuk rayu oleh tentara Jepang terutama dari pulau Jawa, akan di sekolahkan di Pulau Andalas. Tidak taunya dipekerjakan se bagai Romusha membangun lintas jalan kereta api dari Logas Kab Sijunjung Prov Sumbar sampai Logas Prov Riau yang jaraknya 220 kilo meter.Di daerah Ngalau Cigak Nagari Silokek lebih 6000 orang Romusha mati akibat tertimbun batu,sampai 2 bulan bau mayat sangat menyengat hidung. Siang disuruh kerja paksa mengebor tebing dan dipasang dinamit, malam hari para Romusha disuruh kerja lembur, kurang ajarnya tentara Jepang tebing itu diledakkan. `Untuk mengenang kekejaman tentara Jepang dalam pembangunan rel kereta api dari Muaro-Sijunjung Kab Sijunjung sampai ke Logas (Loge) Prov Riau, ribuan Romusha mati akibat kekejaman dan kebiadapan tentara Jepang selama 3,5 tahun tersebut. Salah satu saksi hidup mantan Romusha Suratman kakek berusia 85 tahun berdomisili di Jorong Silukah Kenagarian Durian Gadang Kec Sijunjung, dengan kondisi kesehatannya masih sehat, baik mata masih terang, telinga ju ga belum tuli, Suratman kelahiran Desa Somo Gede Kajoran Kec Wadas Lintang Kab Wonosobo Prov Jawa Tengah sejak umur 18 tahun dibawa oleh tentara Jepang dijadikan Romusha ikut membangun lintas rel kereta api Muaro Sijunjung Kab Sijunjung – Logas Prov Riau. Suratman sudah 67 tahun merindukan keluarganya di kampung halaman sampai saat ini tak pernah menjadi kenyataan. Pasalnya tidak punya uang. Sangat menyedihkan sekali. Potret diri seorang Suratman (85) memang hanya seorang desa yang sangat lugu laki-laki kealahiran Desa Somo Gede Kajoran Kec Wadas Lintang Kab Wonosobo Pov Jawa Tengah itu masa remajanya sangat tampak suram dan harus menanggung beban penderitaan hidup, Ketika umur 18 tahun orang tuanya juga sudah meninggal bersama Dulah (16) teman sekampungnya dibawa oleh tentara Jepang dijadikan Romusha (kerja paksa) ke Sumatera Barat pembuatan lintas rel kereta api dari Muaro Sijunjung Kab Sijunjung sampai Logas Prov Riau. Realitas kehidupan Suratman sampai ke pulau Sumatera sempat diceritakan secara panjang lebar, ketika Suratman sengaja dihadirkan di lokasi Cagar Budaya Lokomotif peninggalan Jepang di Jorong Silukah Nagari Durian Gadang Kec Sijunjung untuk di wanwancarai Priyono Mimbar Minang dan Aldian SCTV, yang di fasilitasi Dinas Parsenibudpora Kab Sijunjung dipercayakan kepada Paldi Mahendra SH. Dari kota Muaro Sijunjung ke lokasi Cagar Budaya Lokomotif peninggalan Jepang jaraknya kurang lebih 12 Km bisa di tempuh baik kendaraan roda dua maupun roda ampat. Jalannya menyelusuri kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Kuantan, dengan pesona alam yang menawan. Bagaimana pak Suratman sampai menjadi Romusha bekerja di daerah Silukah? -Waktu itu umur saya baru 18 tahun bersama Dulah sekitar umur 16 tahun dari kampung langsung dibawa oleh tentara Jepang, alasannya mau di sekolahkan di pulau Andalas. Berangkat dari kota Ambarawa naik kereta api sampai di Jakarta (Tanjung Priuk), lalu menaiki kapal yang penumpangnya ribuan orang dan di kawal ketat oleh tentara Jepang. Selama 20 hari di laut sampailah di pelabuhan Teluk Bayur. Setelah turun dari kapal langsung naik kereta api menuju Muaro Sijunjung perjalanan ditempuh selama 1 Minggu ke daerah Ngalau Cigak Nagari Silokek bersama ribuan orang yang pada umumnya berasal dari P. Jawa dan sebagian di turunkan di daerah Silukah. Saya terkejut bukan di sekolahkan oleh Jepang kenyataannya disuruh kerja paksa menjadi Romusha. Pekerjaan saya waktu itu menebang pohon di pinggiran sungai Batang Kuantan dan dibukit-bukit terjal dinding sungai, meratakan jalan dan memecah batu tebing, tidak kenal waktu baik siang maupun malam. Masih terngiang didalam ingattannya Suratman, tebing bukit daerah Ngalau Cigak, dulunya sampai kepinggiran sungai Batang Kuantan. Kalau malam hari kerja lembur, ada yang mengangkut dan memasang rel kereta api, memecah batu dan meratakan jalan. Pada suatu malam saya sudah tak ingat lagi terdengar bunyi ledakan bom diatas tebing, lalu tebing runtuh dengan suara bergemuruh,dengan rasa ketakutan sambil berlarian, saya sempat menyelamatkan diri, namun terdengar pekikan, jeritan dan rintihan kawan-kawan Romusha, tidak bisa dibayangkan kesedihan malam itu, saya penasaran gerangan apa yang terjadi? Pagi harinya sangat terkejut terlihat ribuan mayat berserakan, ada yang tersangkut kaki atau badannya diatas pohon, ada yang kepalanya sampai terpental di ketemukan diatas bukit, bahkan tulang-tulang manusia berserakan di pinggir sungai Batang Kuantan. Sampai 2 bulan lebih masih bau bangkai menyengat hidung. Mayat-mayat yang berserakan, sebagian ada yang dikubur namun banyak yang langsung dihanyutkan ke sungai, semua itu saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, kata Suratman, sambil berlinang airmata, masih tutur Suratman, para Romusha yang mendapatkan jatah mengangkut rel kereta api di panggul , 1 rel 7 orang, andai kata capai atau berhenti, ketahuan oleh tentara Jepang di pukul dan dikurangi orang yang mengangkatnya. Di seberang jembatan Nagari Durian Gadang tempat base- camp para tentara Jepang, ada rumah panggung disitu, diatas untuk para tentara Jepang, di bawah tanpa alas tikar maupun lainnya seperti kandang kambing untuk tidur para Romusha. Kalau masalah makan dan sakit bagai mana? Apakah diobat oleh Jepang? Kalau makan sehari cuma satu kali, tak sampai setengah kobokan cuci tangan, kalau sakit tidak pernah di obat oleh tentara Jepang, cari sendiri obatnya (istilahnya obat kampunglah). Kalau ada yang meninggal Romusha yang lain, sebagian dikuburkan oleh teman-teman Romusha, tetapi kerja tentara Jepang mayat Romusha di hanyutkan ke sungai saja. Di Silukah dulu ada tempat pesanggrahan, itu pusat para pejabat tentara Jepang, di dekat pesanggrahan sebagai tempat penyiksaan, kalau ada Romusha yang ketahuan mencuri makanan karena lapar atau melarikan diri dan ketangkap kembali, lalu di siksa dimandikan dengan air panas mendidih. Bahkan di Silukah ada tempat kuburan masal sekitar 34 Romusha di kubur satu tempat saja. Apakah dalam pekerja paksa itu di pindah-pindahkelokasi? -Memang betul kata Suratman. 1 tahun di daerah Silokek sampai Silukah saya di pindahkan di Lipat Kain Prov Riau, sampai Jepang menyerah kalah dengan Sekutu. Saya masih mengantarpara tentara Jepang ke Pakanbaru sekitar tahun 1945. Setelah menerima surat dari TNI bahwa sudah bebas dari Romusha menetap di Lipat Kain hampir 1 tahun dan akhirnya balik ke daerah Silukah. Kapan pak Suratman berumah tangga? Saya kawin waktu itu umur 40 tahun, mendapat jodoh orang Silukah namanya Si Nem, punya anak 3 orang, Zaenap Ombun dan Zaimar Ombun meninggal, tinggal 2 orang anak, dan saya sudah punya cucu 3 orang cicit 4 orang. Apaklah pak Suratman punya saudara di kampung dan sudah pernah pu- lang?-Sewaktu meninggalkan Desa Somo Gede Kec Wadas Lintang Kab Wonosobibo Karisidenan Kedu Magelang, saya anak nomor dua, yang tua namanya si Rus nomor tiga Karno dan si bungsu bernama Dulah. Yang namanya pulang kampung sudah 67 tahun belum pernah, karena tidak ada uang kerinduan kampung itu ada hanya mimpi yang panjang. Sekarang saya sudah tua, sudah tidak kuat lagi bekerja di kebun menyadap karet, saya tinggal dengan Zaimar menghabiskan masa tuanya. Seandainya pak Suratman diketemukan kembali dengan keluarganya di P.Jawa di jembatani oleh SCTV apakah bersedia? Trima, kasih saya mau, syukur kalau masih ada orang yang mau memperhatikan bekas Romusha yang masih hidup, kata Suratman sambil menitikkan air mata, tanda punya kesedihan yang dalam. Pesan terakhir pak Suratman kepada Pemerintah apa?Saya tidak punya duit, kalau saya sakit bagaimana untuk berobat. Saya ikut berjuang membangun lintas rel kereta api Muaro Sijunjung Kab Sawahlunto-Sijunjung- Logas Prov Riau, namun tidak pernah ada perhatian dari pemerintah,atau dari Negara Jepang sendiri. keluh Suratman. Di Nagari Paru masih hidup bekas Romusha, namanya Turijan (85) masih hidup berasal dari Jawa. Sutarman juga mantan Romusha di Nagari Paru baru meninggal sekitar bulan April lalu, dengan umur kurang lebih 115 tahun. Di Nagari Tanjung Kaliang Kec Kamang Baru ada mantan Romusha yang masih hidup Sukarno (85) masih sehat fisiknya.
Mantan Wali Nagari Durian Gadang tahun 1969/1973 Abdhulrahman Dt. Bandaro Kayo yang lahir tahun 1930 salah satu saksi hidup kekejaman tentara Jepang terhadap Romusha sempat diwawancarai Mimbar Minang dan Aldian dari SCTV.Sebelum lokomotif yang ada di cagar budaya Jorong Silukah sekarang ini, pada tahun 1944 ada 2 lokomotif yang satunya berwarna hitam. Sebelum datang lokomotif tersebut selang sehari ada pejabat tentara Jepang datang mengendarai lori yang dirubah seperti mobil sedan mengadakan peninjauan. Beberapa hari setelah itu datanglah lokomotif pengankut logistic untuk kebutuhan makan baik tentara Jepang maupun Romusha dan lokomotif yang hitam di lanksir ke Muaro Sijunjung. Menyinggung masalah wanita penghibur khusus bagi pejabat tentara Jepang di Pesanggrahan Silukah di datangkan dari Lipat Kalin namanya Rohana dialah primadonanya. Bahkan ibu saya sendiri nyaris menjadi korban dikejar-kejar oleh tentara Jepang , untung diselamatkan oleh Sonco. Sedangkan untuk pemuas nafsu tentara Jepang lainnya itu diangkut dengan kereta api, ada dari arah Padang dan Riau, sehabis melayani dipulangkan kembali naik kereta api. Ketika ditanya, kenapa rel-rel kereta api saksi sejarah sudah pada raib, itu kan mengkaburkan sejarah, dan sebagai situs sejarah harus dipertahankan tidak boleh dihilangkan. Kata Dt Bandaro Kayo, kejadiannya ada istilah “Jeruk Makan Jeruk”. Pada tahun 1973, PJKA pusat mentenderkan bekas rel kereta api dari Muko-Muko sampai ke Padang Tarok Kec Kamang Baru, tendernya di Jakarta di menangkan oleh PT Wuhan di Tanjung Priok. Sebanyak 8000 batang/ 1200 ton rel kereta api dimana yang tertimbun ya di bongkar oleh si pemenang tender di angkut ke Jakarta. Saya tau persis itu, kebetulan waktu itu saya di pekerjakan oleh PT. Wuhan sebagai Sit Manager pengiriman bongkaran rel kereta api peninggalan zaman Jepang di angkut ke Jakarta, ungkap Dt Bandaro kayo. Kesimpulan; Para mantan Remusha yang masih hidup sekarang ini, yang sudah terpisah puluhan tahun dengan sanak keluarganya seperti Suratman dan lain-lainnya yang kebanyakan dari tanah Jawa, nasibnya sangat menyedihkan. Mau bertemu dengan sanak keluarganya hanya sebuah kerinduan tak pernah menjadi kenyataan sampai tulisan ini diangkat. Kepada pemerintah hendaknya turut pemperhatikan kepada para Romusha ini. Pemerintah setidaknya memperjuangkan nasib Romusha kepada pemerintah Jepang, apakah itu terkucur dana konpensasi/ menyantuni untuk para mantan Romusha, yang sampai sekarang secara psikologis masih trauma akibat kekejaman dan kebiadapan tentara Jepang waktu itu. Bila perlu di beri penghargaan atas jasa-jasanya ikut membangun walaupun kapasitasnya sebagai pekerja paksa zaman penjajahan Jepang.
Aset cagar sejarah Romusha dari Muko-Muko sampai Padang Tarok yang telah raib, dijual oleh PJKA tahun 1973 pemenangnya tender PT. Wusan di Tanjung Priok Jakarta harus di usut tuntas. Masalahnya ini merupakan aset sejarah, berapa ribuan nyawa melayang untuk mewujudkan lintasan kereta api Muaro-Sijunjung ke Logas Prov Riau. Cagar sejarah tidak bisa dihilangkan, karena merupakan saksi bisu konotasinya punya nilai-nilai histories tak ternilai harganya
Subscribe to:
Posts (Atom)
Labels
3D
(2)
Add new tag
(1)
Adventure
(22)
Agen Elpiji
(2)
AI
(1)
Akses
(1)
Alam
(3)
anggrek
(1)
Animasi
(2)
Apache
(1)
Argopuro
(1)
Aritmatika
(1)
Asal Usul
(1)
Asisten
(3)
Askes
(1)
ATM
(1)
Bahaya
(1)
Band
(1)
Bandung
(1)
Baseball
(1)
Berita Sijunjung
(13)
BKMN
(1)
Blender
(2)
Blog
(8)
Blog Kompetisi
(1)
Blog Kontes
(2)
Blog Tutorial
(5)
Blog Tuturial
(1)
Blog UII
(5)
Blogger
(1)
Bom
(1)
Bumi ku
(10)
Caleg
(1)
Candi
(2)
Catatan Perjalanan Pendakian
(9)
Cerita
(1)
CMS
(2)
Contoh CV
(1)
Cv
(2)
Daerah
(1)
Daftar Isi
(1)
Danau
(1)
Database
(1)
Design
(1)
Document
(1)
DPC
(1)
DPRD Sijunjung
(1)
DPW
(1)
Dream Theater
(1)
Earth
(1)
ebook
(1)
Elpiji
(1)
Energi
(1)
Event
(2)
Expedition
(1)
Facebook
(7)
Facebook Lite
(1)
Film
(1)
FTI
(4)
Gizi
(1)
Grafika Komputer
(2)
Gunung
(7)
Gunung Argopuro
(1)
Gunung Lawu
(2)
Gunung Merapi
(1)
Gunung Sindoro
(2)
Hadiah
(1)
Hotel
(1)
Inbapala
(2)
Indonesia
(5)
Info
(4)
Informatika
(8)
Informatika Uii 2008
(26)
International
(1)
internet
(1)
ISP
(1)
Jakarta
(1)
Jambore
(2)
Jambu lipo
(1)
Jamkesmas
(1)
jaringan Komputer
(1)
Java
(1)
Java Programming
(2)
Jawa
(2)
Jejak Petualang
(2)
JP
(2)
JPI
(3)
Judul Judul Skripsi
(1)
Jump break
(1)
Kaba dari Sijunjung
(39)
Kabupaten Sijunjung
(8)
Kacang Ijo
(1)
Kalender Akademik
(1)
Kampus Idaman
(2)
Kantor
(4)
karet
(1)
Kawah Putih
(1)
Kec Lubuk tarok
(1)
Kecerdasan Buatan
(2)
kemiskinan
(2)
Kerajaan
(1)
Kerajaan Jambu Lipo
(1)
Keras
(1)
Kerja
(4)
Kerja Keras Adalah energi kita
(2)
Kesehatan
(1)
Key in
(1)
KHS
(1)
Kiprah
(1)
Kita
(1)
Kompetisi
(1)
komputer
(1)
Konsumsi
(1)
Kontes
(2)
kuliah
(9)
Kuningan
(1)
Lab. Sirkel
(1)
LAMPP
(1)
Lingkugnan
(1)
Lingkungan
(4)
Linux
(4)
Lomba
(1)
Lomba Blog
(1)
Lomba blog UII
(1)
Lowongan
(1)
Lubuk Tarok
(1)
Manusia
(1)
Membuat CV
(1)
Merapi
(1)
Miasma
(1)
Mongol
(1)
Mountainering
(7)
Muncak Bareng
(1)
Music
(2)
Music Qu
(2)
My Room
(2)
My Scull
(4)
MySQL
(1)
Nagari
(1)
Negri Qu
(2)
News
(4)
Ngalau
(1)
Office
(3)
OOP
(1)
Oracle
(1)
PAC
(1)
Pameran
(1)
Pantai
(1)
PBO
(1)
Pecinta alam
(1)
Pekerjaaan
(1)
Pekerjaan
(3)
Pembangunan
(2)
pemilu
(1)
Pemograman
(7)
Pemograman Berorientasi Objek
(4)
Pemograman Web
(4)
Pemogramman Berorientasi Objek
(1)
Pendakian
(6)
Pendidikan
(1)
Pengahargaan
(1)
Pengghargaan
(3)
Penghargaan
(2)
Pepmograman
(1)
Perekonomian
(1)
Perguruan Tinggi
(2)
Pertamina
(1)
Petualang
(2)
PNPM-MP
(1)
Praktikum
(3)
Programmer
(4)
Project
(2)
Pulau
(1)
Pulau Sempu
(1)
Rafting
(2)
Rakyat Miskin
(1)
Read More
(2)
Referensi Skripsi
(1)
Rekrutmen
(3)
Review
(1)
Riwayat Hidup
(1)
Rolling Stones
(1)
Room
(2)
Samsung Led TV
(3)
Samsung TV
(2)
Scriptmedia
(5)
Segara anakan
(1)
Sejarah
(4)
Sekolah
(1)
Semester 4
(1)
Semester IV
(2)
Sempu
(1)
Seni
(1)
SEO
(2)
Server
(1)
Server.
(1)
Sijunjung
(24)
Sindoro
(1)
Sirkel
(1)
Sistem
(1)
Sistem Operasi
(2)
Sistem Transaksi ATM
(1)
Skripsi
(1)
SMA
(3)
SMA 1 Sijunjung
(2)
SMAN 1 Sijunjung
(2)
Sniper
(2)
SO
(1)
Style
(1)
Suku
(1)
Surat
(1)
Surat Lamaran
(1)
Susu
(1)
Tamparungo
(1)
Tanaman Hias
(7)
Tanaman Langka
(1)
Tema
(1)
Temanggung
(1)
Themes
(1)
Tips
(15)
Trans 7
(1)
Trik
(3)
Tugas
(2)
Tutorial
(25)
Tutorial blog
(6)
Twitter
(1)
Ubuntu
(3)
Uii
(16)
Unisys
(1)
Universitas Islam Indonesia
(6)
vanda sumatrana
(1)
Wanusa
(1)
Web
(3)
WEB 2009
(1)
Website
(9)
Website Sijunjung
(1)
Widget
(1)
Wiki
(1)
Wisata
(4)
Wisata jumprit
(1)
Wisata Religi
(1)
Wordpress
(6)
Work
(1)
XAMPP
(1)